Kamis, 04 September 2014

My Trip My Adventure at Bukit Besar Tahura,SouthBorneo Indonesia


Haloooooooohaaaaaaaa.......

What's up guys???? Kangen kan pastinya sama postingan saya..... Udah ngaku aja :P
Yup kali ini saya bakal ajak kalian buat explore salah satu pengalaman terbaik yang saya punya. Sesuai judul diatas saya bakalan kasih tahu gimana pekerjaan baliklayar yang saya lakuin buat daprtin view diatas.

(30/8) Hari ini hari yang paling saya tunggu karena malam ini kami bakal nginep digunung braaayyy!!!! Sempat terjadi firasat kalau petualangan hari itu harus dibatalka karena sedikitnya teman yang ikut serta
Tapi kami (saya, Wiwid, dan Bu Athie) bertekad bulat kami akan tetap melanjutkan petualangan walau tidak sepenuhnya sesuai dengan rencana. 2.30pm saya pulang sekolah dan bergegas menyiapkan peralatan tempur untuk malam nanti. Sebenarnya tidak banyak karena yang saya bawa hanya jaket tebal parasut,minyak kayu putih,bekal untuk makan malam,senter,telepon genggam,headset,air putih dan uang tak lebih dari 20k(maklum sudah akhir bulan dan akhir minggu jadi itu adalah uang terakhir yang saya pegang).

 4.00pm Wiwid menjemput saya dirumah,setelah siap sayapun berpamitan kepada Mamah. Jujur saya jarang sekali meminta ijin terlebih dahulu sebelum merencanakan sesuatu. Saya terbiasa meminta ijin saat keputusan yang saya buat siap dilaksanakan.Dimohon dengan sangat kepada kawan-kawan sekalian untuk tidak meniru sifat saya ini. Kami bertiga sepakat akan berkumpul di Bndaran Simpang Empat Banjarbaru karena rumah kami yang beda jalur. Setelah menunggu selama lebih kurang 30menit,datanglah Bu Athie dengan peralatan tempur yang sebenarnya. Seperti Tenda Dome dan matras,kami pun langsung berangkat.

5.15pm sampailah kami di Taman Hutan Rakyat Sultan Adam Mandiangin. Ini bukan kali pertama saya ketempat ini,tapi kekaguman saya tak berkurang sedikitpun seperti saat pertama saya kesini. Saya selalu terhipnotis oleh rindangnya pepohonan,merdunya suara gesekan daun yang ditiup angin berkolaborasi dengan binatang setempat.Sepanjang jalan masuk ke Tahura,rasanya semua oksigen yang terbuat berjejalan masuk ke lubang pernafasan saya... Aaaaah segar. Rasanya seperti semua masalah dan beban dipikiran tersapu bersama angin yang bertiup lembut.Setelah membayar retribusi dipos jaga,kami pun memilih memarkirkan kendaraan kami ke salah satu warung langganan saya disana dan melanjutkan perjalanan keatas dengan berjalan kaki. Jujur jika kami memilih pilihan ini,sama saja kami harus keja duakali. Karena kami harus meniti anak tangga dengan kemiringan hampir 45 derajat untuk sampai ke Kolam buatan para tentara Belanda,dan barulah perjalanan kami yang sebenarnya dimulai. Awalnya Bu Athie yang membawa tenda. Tapi karena selalu tertinggal sementara kami belum selesai menaiki tangga,maka saya lah yang membawa tenda agar kami sampai sebelu magrib.

Entah karena sudah lama tidak mendaki,rasanya saat sampai ke kolam saya ingin tidur. Lelah sekali. Tapi saya harus kuat karena tujuan kam belum terpenuhi. Saya dan yang lain tidak bisa berjalan cepat karena mereka sudah mulai lelah dan saya juga harus membawa tenda dengan beban 5kg belum termasuk tas beserta isinya yang saya gendong dibahu.






6.19pm kami masih belum bisa menempuh separuh perjalanan. Lalu saya pun harus berbesar hati karena tidak mungkin lagi mengejar matahari terbenam sedankan saya belum juga menempuh separuh dari total perjalanan.

6.58pm barulah kami benar-benar sampai ke puncak repiter. Tapi ternyata diatas sini angin bertiup lebih kencang dibandingkan dengan angin yang menemani kami selama perjalanan. Kami tak ingin ambil resiko jadi kami tidak mendirikan tenda dipuncak tapi sedikit turun kehutan karena dihutan anin tidak begitu kuat berhembus.
7.15pm kami sudah memilih tempat strategis. Permaslahan tidak berakhir begitu saja,ternyata Bu Athie tidak terbiasa memasang tenda yang kami bawa karena ukuran da bentuk jauh berbeda. Akhirnya dengan insting saya mulai memberi arahan sebisanya kepada mereka untuk memasang rangka tenda. Pelan tapi pasti akhirnya tenda kami berdiri dengan sempurna. Jujur itu adalah kali pertama saya mendirikan tenda dome,jadi saaat tenda berdiri perasaaan bangga pun terbias diwajah saya.
Setelah beristirahat sejenak,kamipun kembali ke puncak untuk menikmati pemandangan sekaligus menyantap bekal yang kami bawa.... Jujur angin disana sangat kurang bersahabat,karena saat bertiup debu tanah sekitar jadi ikut melayang dan masuk ke mata. Tapi tak apalah,apa yang saya lihat disini adalah bayaran yang setimpal dengan perjuangan yang saya lakukan.


Sebenarnya foto saat malam hari jauh lebih susah daripada siang hari. Apalagi saat merekam cahaya agar bisa membentuk tulisan... Brrrrr saya harus bertarung dengan udara dingin pegunungan dan derasnya angin malam...
Hoaam ternyata udah pukul 10.38pm. Karena kami tak ingin ketinggalan sunrise kami pun segera kembali ke tenda. Ditenda saya tak bisa langsung tidur karena pertama saya tidak ngantuk,lalu saya merasa seolah-olah mengalami dejavu... Saya tak berani melanjutkan apa yang saya bayangkan. Sambil mendengarkan musik melalui headset saya pun memejamkan mata dan berdoa kepada Sang Maha Tahu semoga semua akan baik-baik saja.



(31/8) 5.15 am saya akhirnya benar-benar memutuskan untuk bangun. saya hanya bisa tidur selama 2jam,sisanya saya hanya memejamkan mata tanpa tidur. Sema sudah bangun,kami pun bersiap mencari tempat strategis untuk menyaksikan bangunnya sang raja siang dari istirahat singkatnya. Dipuncak pagi itu penuh oleh puluhan bahkan ratusan manusia yang bertujuan sama seperti kami. Tapi syukurlah masih ada bangku penonton yang tersedia.
5.45am saya mulai kecewa karena kabut digunung tak kunjung hilang.. Saya hanya bisa meliat siluet sinar dari sang raja... kecewa pasti,tapi harus bisa bersabar.


Ulala ternyata udah 6.48am... Kami harus segera turun sebelum perjalanan kembali menantang karena terik matahari. Bergegaslah kami mengemas barang,tenda dan sampah untuk kembali dibawa turun. Selama perjalanan kami terlalu risih melihat sampah-sampah tak bertuan yang ditelantarkan begitu saja. Timbulah niat untuk membawanya turun kebawah. 4 kantong plastik cukup besar penuh dengan sampah yang kami kumpulkan. Rasa malu sudah saya buang jauh-jauh saat melihat betapa kejamnya manusia kepada alam. Mungkin karena hari itu adalah akhir pekan,banyak kami jumpai pengunjung yang naik maupun turun. Mereka sempat menunjukan raut muka yang menggambarkan dengan jelas pertanyaan yang ada dalam benak mereka. " anak ini lagi ngapain si?" pertanyaan mereka saya jawab dengan tindakan saya selama perjalanan pulang. Saya hanya berharap semoga apa yang saya perbuat dapat menyadarkan mereka dari kebiasaan buruk membuang sampah disembarang tempat.

3 komentar: