Rabu, 10 September 2014

Genggam Tangan

Awalnya aku menjauh,menjauh
darimu,menjauh dari semua kebaikanmu. Bukannya aku tak ingin menghindari mu,tapi aku takut berada didekatmu. Takut akan senyummu yang membuai,takut akan pandangan matamu yang menghipnotis,takut akan kasih sayang yang terpancar.






Entah karma apa yang kubuat,kau semakin mendekatiku. Sejauh yang kubisa untuk menghindarimu,semakin keras usahamu. Tuhan,apa yang harus aku lakukan? Ini hadiah atau hukuman? Selamatkanlah aku







Hap! Kau mendapatkanku. Tak bisa ku tolak,tak bisa kuterima. Kau genggam tanganku erat  seolah dunia berakhir jika kau melepasku.

Sikapmu,perhatianmu,tuturkata dan kepribadianmu membuatku luluh. Tuhan,tepatkah keputusanku?





Ku genggam balik tanganmu,seolah menguatkan keputusanku ini semua akan baik-baik saja. Kunikmati saat bersamamu,namun waktu begitu cepat berlalu.



Pelan tapi pasti kusadari,apa yang ku khawatirkan terjadi. Perlahan kau biarkan sela jemari tak terisi. Bersabar melebihi dosis yang diberikan,membuatku sakit. Mencari obat tak mengubah keadaan,rasa sakit harus dengan rasa sakit.



Akhirnya sela jemari benar-benar kosong. Hampa rasanya tanpa kasih sayang yang diberikan. Tapi kebenaran harus ditemukan.








Tuhan menyiapkan jawaban terbaik untukku. Tak perlulah aku bersedu,karena aku bukan yang terbaik untukmu. Tuhan,kali ini ijinkan aku menitipkan sepenggal hidupku,karena Kau-lah sebaiknya tempat untuk menjaga. Bahagiakanlah dia sebagaimana aku ingin dia bahagia bersama pilihan yang ia anggap bisa membahagiakannya. Jika dia bersedih,percayalah air mata ini adalah yang pertama menghapus gelisahnya. Terimakasih Kau telah mengijinkanku mengenalnya. Jangan hapus anganku tentangnya,hapuslah saja aku dari hidupnya. Tak ingin mata ini melihat beban dimatanya saat memandangku,karena dari mata itulah aku menyadari,"ciptaan-Mu saja sudah menawan,bagaimana dengan-Mu?"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar